Resep elektronik (e-resep) adalah resep yang ditransmisikan dengan media elektronik untuk menghubungkan informasi antara dokter dan apotek.
Sistem pembuat resep elektronik yang juga biasa disebut dengan e-resep atau electronic prescription menjadi salah satu teknologi yang mulai banyak di terapkan dalam dunia digitalisasi manajemen pelayanan kesehatan.
Sebab, sistem tersebut mampu menjadi solusi terbaik dalam membantu penulisan resep oleh dokter yang lebih digital, tanpa harus menulis daftar obat secara manual di secarik kertas. Serta mengantisipasi kesalahan interpretasi apoteker saat membaca resep obat yang dokter buat.
Sehingga, detail nama obat, bentuk sediaan, dosis harian obat, jumlah obat, aturan pakai obat, waktu pakai obat, cara pakai obat, serta deskripsi alergi yang pasien miliki dapat tertulis dengan jelas dan mudah terbaca oleh apoteker. Dan baik dokter dan apoteker sama-sama dapat memberikan daftar referensi obat yang sesuai dengan kondisi kesehatan atau penyakit pasien.
Perkembangan Transformasi Resep Elektronik
Melansir dari Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, resep elektronik adalah sistem peresepan secara digital yang memiliki desain khusus untuk mempermudah tahapan pelayanan peresepan obat. Mulai dari tahap penulisan resep (prescribing), tahap pembacaan resep atau transcribing untuk proses penyiapan hingga penyerahan resep oleh dokter (dispensing), tahap penggunaan obat (administration), dan proses monitoring.
Pengertian lain dari resep elektronik adalah bentuk resep yang di transmisikan menggunakan media elektronik dan menghubungkan berbagai informasi antara dokter, alat penulisan resep elektronik, apotek, bagian keuangan, atau ahli perencanaan kesehatan baik secara langsung atau tidak langsung.
Sistem perangkat lunak resep elektronik ini sudah banyak di terapkan oleh berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di sejumlah negara. Salah satunya adalah Negeri Paman Sam, Amerika Serikat, yang pada tahun 2019 telah mengadopsi sistem e-resep ke sekitar 38% total fasilitas kesehatan.
Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2018 yang mana sistem e-resep hanya digunakan oleh sekitar 26% fasilitas kesehatan di sana. Dan angka persentase tersebut diyakini akan terus naik seiring dengan perkembangan digitalisasi teknologi pendukung pelayanan kesehatan dan tren smart hospital.
Kabar baiknya, sistem peresepan elektronik ini sudah mulai banyak terimplementasi oleh beberapa fasilitas pelayanan kesehatan terpadu di kota-kota besar Indonesia. Salah satu contohnya adalah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah menggunakan perangkat lunak electronic prescription sejak tahun 2014 lalu.
Tujuannya untuk mengatasi masalah adanya pasien yang mana menerima obat yang salah atau mendapatkan dosis harian obat yang tidak tepat. Penyebabnya adalah kesalahan apoteker dalam membaca resep tulis tangan dokter. Kondisi ini cukup fatal bagi keamanan dan keselamatan pasien karena seluruh komponen pada resep merupakan informasi penting dalam mendukung penanganan dan perawat pasien yang paling tepat.
Alasan Popularitas Implementasi Resep Elektronik di Indonesia
Pada dasarnya, penerapan sistem e-resep semakin populer ketika pandemi COVID-19 menjangkiti banyak orang dari berbagai negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Kondisi tersebut membuat masyarakat akan berlomba-lomba mencari dan membeli banyak obat di mana mempengaruhi pengelolaan apotek dan peresepan obat menjadi jauh lebih kompleks.
Sistem e-resep membantu apoteker dalam menerima lembar resep obat pasien secara langsung dari dokter. Lalu bisa lanjut dengan melakukan screening resep yang lebih efisien dan efektif. Sehingga, upaya mempersiapkan obat untuk pasien juga jauh lebih cepat karena sistem melibatkan integrasi dari fasilitas kesehatan seperti dokter umum atau spesialis yang terhubung langsung dengan departemen farmasi rumah sakit.
Perlu Anda ketahui bahwasanya e-resep tidak hanya mentransmisikan informasi secara dua arah antara dokter dengan alat penulisan resep elektronik. Tetapi juga mentransmisikan dan menggabungkan sistem catatan medis elektronik yang lebih di kenal sebagai rekam medis elektronik. Sebagai informasi tambahan, rekam medis elektronik adalah rincian rekam medis atau dokumen yang berisikan data identitas pasien, daftar pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan kesehatan lainnya yang di buat dengan menggunakan sistem elektronik.
Selain alasan-alasan di atas, kepopuleran sistem resep elektronik juga terpengaruh faktor-faktor berikut ini.
1. Memudahkan Tugas dan Tanggung Jawab Dokter Dalam Meresepkan Obat
Sejalan dengan pengertian dasarnya, pembuatan e-resep akan memudahkan dokter atau tenaga medis yang bertanggung jawab dalam upaya peresepan obat. Sistem tersebut efektif membantu dokter untuk membuat daftar obat pasien dengan lebih cepat, dan kemudian dokter input menjadi resep elektronik.
Dokter hanya akan membutuhkan lebih sedikit waktu untuk membuat daftar resep pasien yang mana bahkan dapat dokter tulis secara bersamaan selama kegiatan konsultasi dengan pasien. Petugas apoteker juga tidak perlu mengkonfirmasi daftar resep melalui sambungan telepon. Karena proses penebusan resep obat dapat diakses secara digital melalui komputer secara real time.
Tak hanya memungkinkan dokter untuk bisa membuat resep dengan lebih cepat, berbagai fitur dan informasi yang tampil di dalam sistem e-resep juga dapat membuat dokter lebih mudah memilih daftar obat yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien.
Platform aplikasi resep elektronik yang berfungsi dengan baik akan menunjukan berbagai informasi lengkap seperti riwayat alergi, interaksi obat, hingga terapi duplikat. Tak hanya itu, sistem e-prescription secara instan juga akan memberikan peringatan jika terdapat interaksi obat potensial dan terapi duplikat dari obat yang dokter pilih. Bahkan, sistem juga dapat menampilkan alternatif pilihan obat dengan harga yang lebih murah.
2. Proses Penebusan Obat yang Lebih Mudah
Salah satu faktor yang seringkali menjadi penghambat proses pengobatan adalah justru dari pasien itu sendiri. Di mana pasien seringkali memilih untuk tidak menebus obat yang telah dokter resepkan karena berbagai alasan. Misalnya, karena tidak mau mengkonsumsi banyak obat. Atau bahkan tidak membawa uang yang cukup untuk menebus obat karena ketidaktahuan harga obat yang harus pasien tebus.
Sistem resep elektronik memungkinkan pasien mendapatkan obat yang dokter resepkan dengan lebih mudah. Karena pasien telah mengetahui lebih awal terkait detail harga obat-obatan yang harus mereka tebus sesaat setelah konsultasi dengan dokter. Serta mengurangi upaya pasien dalam menunggu peracikan obat karena obat sudah siap pasien bawa ketika pasien datang.
3. Mengurangi Peluang Terjadinya Medical Error
Perangkat e-resep juga berperan penting dalam meminimalisir potensi terjadinya medical error atau ketidaksesuaian pelaksanaan tindakan medis dasar atau medis spesialistik dan metode perawatan yang tenaga kesehatan lakukan untuk pasien dengan rencana atau prosedur awal.
Misalnya, kesalahan mendiagnosis penyakit, cidera, sindrom, atau infeksi, lalu keterlambatan dalam menangani atau merawat pasien. Serta tidak meresepkan obat sesuai dengan indikasi keluhan pasien. Singkatnya, medical error adalah upaya atau tindakan medis yang tenaga medis lakukan dengan prosedur yang keliru sehingga dapat membahayakan pasien.
Dengan resep elektronik, medical error akan berkurang atau bahkan menghilang. Karena sistem perangkat lunak dapat mengerjakan seluruh tahap penulisan resep atau prescribing. Serta tahap pembacaan resep atau transcribing untuk proses penyiapan hingga penyerahan resep oleh dokter (dispensing).
Sign up